Menguak Potensi, Menggaet Wisatawan ke Bima-Prov. NTB Indonesia
Gambar diambil dari Museum Mbojo -Bima NTB Indonesia
Siapa
yang tak kenal Bima atau Mbojo sebagai sebuah daerah yang sarat
sejarah? Lagi, sebagai wilayah “segitiga emas”? Sudah tentu, hampir
setiap orang tahu.Ini dipahami, sejak lama dikenal orang sebagai
kota/kabupaten yang memiliki pelabuhan yang aman dan
nyaman. Selain itu, sudah lama, orang mengetahui bahwa warga Bima akan
merasa senang kalau dikunjungi orang lain, artinya paham akan adat dan
agama,konkretnya, ”tamu itu merupakan rezeki”.
Iya, mereka yang pernah berkunjung ke Kota Bima dan sekitarnya, lalu
berkesempatan menyisir teluk Bima hingga sudut – sudut pantai dan
puncak – puncak bukitnya, seperti gunung dua yang dipoles indah, di
jantung Kota Bima, gunung – gemunungnya yang memanjang, nama – nama kampong yang mengandung sarat sejarah, baik
di Kab.Bima maupun di Kota Bima, pasti punya kesan yang sama. Apa itu?
Iya, apalagi kalau bukan keindahan yang mengandung decak kagum, : indah dan nyaman!
Bagaimana tidak?
Bima dengan pelabuhannya yang memanjang dan aman untuk dikunjungi bukan
sekedar kota persinggahan dalam perdagangan atau sekedar belanja itu dan
ini. Begitu juga dengan sederet bukit dan gunung –
gemunungnya tidak sekedar hadir jadi bukit dan gunung, tapi dengan
pamandangan pantai yang mempesona dan potensi bukit dan gunung gemunungnya yang mengandung mineral, praktis layak untuk dijual guna memperoleh pendapatan baik untuk daerah maupun untuk
pusat. Tapi lebih dari itu, Kota Bima dan sekitarnya memang dikenal
sejak lama sebelum kedatangan zaman VOC bahkan jauh sebelumnya . Bima
sudah dikunjungi berbagai Negara di dunia ini memang sudah lama. Dan
hingga kini dijuluki, wilayah “Segitiga Emas”.
Harus diakui, Kota
Bima dalam perkembangan terakhir, semakin cantik dan asri. Selain
sekolahnya terutama, sekolah dasar sudah banyak yang bertingkat, juga Perguruan
Tinggi semakin menjamur. Belum lagi sebuah kebanggaan masyarakat Bima
terutama dalam meningkatkan status sosialnya sangat tinggi ketimbang dari dari daerah lain, maka banyak pihak mendirikan perguruan tinggi - yang jumlahnya begitu
banyak itu, malah tidak bisa menampung para mahasiswa baru. Kondisi
ini, mendukung Kota Bima Bima dijadikan Kota pendidikan di bagian timur
Pulau Sumbawa. Ya mengapa tidak? Fakta riil, memang itu yang terjadi.
Kota Bima juga
terkenal sejak lama, dengan budayanya yang harum seantero dunia. Maka
adalah sebuah langkah maju, ketika setiap tahunnya, warga Kota Bima
mengadakan pawai budaya dengan menampilkan sejumlah tarian yang
menggugah para penontonnya. Sekedar contoh, ada silat
tardional, ada sepak takro, ada gentao,ada kapanca, ada juga
sangolo(sanolo) dan musik tradisonal yang merdu ( biola khas Bima), ada
Ua Pua, dan lain – lainnya, turut mendukung ketenaran Kota Bima, sehingga tidak keliru kalau dijadikan kota budaya untuk kawasan timur Sumbawa dan sekitarnya.
Jangan lupa, ketika Anda ke Bima, cobalah manfaatkan waktu sekilas, untuk melirik gadis – gadisnya nan cantik – manis, apalagi ketika mengenakan
jilbad atau rimpu yang merupakan jilbab-nya orang Bima yang sudah
dikenal sejak lama. Ketika mereka menari, para penonton bertepuk tangan
meriah sekaligus aplous dengan kelenggak-lenggokan jemarinya yang
aduhai. Para cowoknya pun banyak digandrungi gadis di mana – mana,
karena suka perlente(bergaya dan gaul)tentu bisa, menarik perhatian para gadis cantik, sehingga banyak juga gadis – gadis daerah lain, jatuh kepelukannya, hingga membentuk rumah tangga baru.
Terkait potensi
pariwisata, Bima tidak ketinggalan dibanding dengan daerah lain. Sebut
saja wisata budaya seperti yang sudah disebutkan tadi, wisata alamnya
seperti pantainya yang bukan saja mempesona tapi mengandung pasir putih
lagi pasir besi, serta yang menjadi kebanggaan masyarakat Bima, adalah kehadiran Asi
Mbojo, sebuah museum Kesultanan Bima yang letaknya di jantung Kota
Bima. Di dalamnya tersimpan beragam jenis budaya, sejarah, seni
sastranya, berupa syair yang berbait – bait dan himpunan karya seni para
penyair dan pengarangnya yang tekenal zaman keemasan Kesultanan Bima.
Untuk tidak sekedar omong, berikut ini disajikan beberapa syair Kerajaan Bima:
//Dunia ini tempat
kita berhenti/janganlah taksir berbuat bhakti/disuruhkan Tuhan Rabbi
al-Izzati/sementara hidup belumlah mati//.Akan harta jangan kau
sebal/akhirnya kelak hatimu menyesal/bicaramu kelam hilanglah
akal/tiadalah terkenangkepada ajal//.
Begitupun dalam
bidang prosa, banyak tersimpan di sana. Menurut satu cerita, Bima, yaitu
tokoh Pandawa yang kedua, melawat ke Pulau Sumbawa, lalu salah seorang
putranya menjadi raja pertama di Bima dengan menggabungkan marga – marga
kecil di situ. Cerita itu diceritakan pada abad ke-17. Cerita ini, masih diketahui garis besarnya oleh dou Mbojo (orang Bima) saat ini.
Semua yang diungkapkan di atas, patut disebutkan dan bahkan dijadikan sumber devisa buat masyarakat Kota Bima dan Kab.Bima sekitarnya. Sayang sekali,terutama terkait dengan kegiatan kepariwisataan, pengamatan penulis, belumlah bisa dikatakan seperti kemajuan daerah
tetangganya, sebut saja Lombok dengan Senggiginya, Manggarai Barat
dengan varanus Komodoensisnya (buaya darat). Mengapa Bima dan Kotanya
belum tergiur untuk memajukan pariwisatanya?
Kantor Walikota Bima-NTB-Indonesia
Apalagi yang kurang? Padahal potensi budaya tidak ketinggalan dengan
daerah lainnya di kawasan timur. Iya, kalau pun ada, tentu banyak
faktornya yang dijadikan kendala untuk maju. Daerah lain pun tentu punya
kendala serta hambatan dalam upaya pengembangan potensi pariwisatanya.
Pertanyaannya siapa bertanggung jawab dan kapan dimulai? Jawabannya: Kita semua yang menghuni serta mengaku dou Mbojo (orang Bima) , dan kalau tidak dimajukan sekarang, kapan lagi? Bukankah Kota Bima dan sekitarnya kaya dengan potensi wisata, baik wisata alam, wisata budaya maupun wisata sejarah kesultanan Bima, yang patut diangkat ke permukaan?
Iya, dibutuhkan langkah praktis untuk memajukanya, paling kurang haru s d
icarikan terlebih dahulu, kendala – kendala yang menghadang, sehingga
kegiatan kepariwisataan itu kurang maju, seperti alokasi dana untuk
kegiatan pariwisata atau kemaun pemerintah untuk mengalokasikan dana
guna kelancaran kegiatan kepariwisataan. Begitupun diharapkan kepada
para pengelola hotel dan biro perjalanan giat mewartakan bahwa Bima
punya potensi wisata. Paling kurang langkah awal, bagaimana caranya
untuk menahan sebentar saja , cukup satu malam, para wisatawan
mancanegara yang berkunjung ke Komodo Manggarai Barat- NTT.***)
Posting Komentar